Benarkah Garam Tidak Boleh Dimasak Karena Akan Jadi Racun?
2 min readGaram yaitu sumber makanan yang menyediakan mineral bernama natrium untuk tubuh. Garam sering disebut juga dengan natrium klorida sebab garam terdiri dari 40 persen natrium, dan 60 persen klorida.
Kandungan garam tersebut merupakan mineral yang bertindak sebagai elektrolit penting dalam tubuh. Secara keseluruhan, mineral pada garam membantu menjaga keseimbangan cairan, fungsi saraf, dan fungsi otot tubuh.
Maka itu, penting untuk mendapatkan asupan garam dalam asupan harian Anda. Namun, jangan sampai berlebihan. Terlalu banyak mengonsumsi garam dapat meningkatkan risiko mengalami tekanan darah tinggi (hipertensi) dan penyakit jantung.
Batas maksimal makan garam harian yang tepat yakni kurang dari satu sendok teh untuk orang dewasa. Sedangkan untuk anak usia 5 tahun ke atas, batas aman asupan garam dalam sehari yaitu setengah sampai tiga perempat sendok teh.
Apa yang terjadi saat garam dimasak?
Garam merupakan kumpulan dari zat gizi mineral. Memasak tidak mengurangi kadar mineral pada makanan dalam jumlah yang besar. Kalaupun berkurang, jumlahnya pun tidak terlalu banyak.
Mineral dalam makanan yang biasanya tidak dipengaruhi oleh proses memasak yakni kalsium, natrium, yodium, zat besi, zinc (seng), mangan, dan kromium.
Memasak garam tidak akan mengubah mineral ini menjadi racun. Seperti yang sudah diulas sebelumnya, kandungan garam yakni beragam mineral.
Beragam mineral tersebut tidak berubah menjadi racun atau zat berbahaya selama komposisi garam merupakan bahan yang aman alias tidak diberikan campuran tertentu oleh produsennya.
Maka itu, isu bahwa garam tidak boleh dimasak merupakan hoaks yang tidak terbukti kebenarannya.
Kapan sebaiknya memasukkan garam dalam makanan?
Paul Breslin, profesor dari Departemen Ilmu Gizi Rutgers University, mengatakan bahwa sebaiknya bubuhkan garam sedikit pada awal memasak, kemudian masukkan lagi nanti pada akhir proses memasak.
Ketika dimasukan dari awal proses pemasakan, garam akan langsung berikatan dengan protein yang ada pada makanan. Selanjutnya, akan terbentuk ikatan molekul yang besar.
Namun, ikatan molekul besar ini hanya sekadar menambahkan kadar natrium yang meresap ke dalam makanan saja, sedangkan rasa asinnya tidak begitu terasa.
Maka, lidah Anda merasa masakan tersebut kurang asin yang mengakibatkan Anda akan menambahkan garam lagi hingga rasanya cukup asin. Kalau sudah begini, Anda bisa jadi mengonsumsi garam berlebihan.[]